Sepenggal kisah pendidikanku
Saya
adalah putri sulung dari pasangan Bapak Khoironi dan Ibu Sumiyati yang lahir
pada hari Minggu, 10 April 1994 di Dukuh Bergat Rt 02 Rw 07 Desa Gembong,
Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.
Pada usia enam tahun,
orang tua saya mempercayakan anak sulung mereka untuk mendapat pendidikan
formal jenjang awal di SD N Bermi 01 Gembong, Pati. Diawal sekolah, saya merupakan
siswi biasa yang masih mencari teman dan butuh bimbingan ekstra dari guru dan
orang tua. Namun, setelah triwulan pertama usai, prestasi saya mulai terlihat
menonjol diantara teman-teman yang lain, oleh karena itu dari kelas 1 akhir
sampai kelas 6 ia tak pernah luput jadi juara kelas dan diikutkan berbagai
lomba.
Pada kelas 4 SD, tepat
pada tanggal 25 Februari 2004, saya dianugrahi adik cantik bernama Fina
Malikha. Meskipun pada awalnya saya menginginkan adik laki-laki, saya tetap
menerima dan menyayangi adik perempuan saya yang semata wayang itu.
Setelah kelulusan dari
sekolah dasar pada tahun 2006, saya melanjutkan ke SMP Islam Raudlatul Falah (biasa
di singkat RF/Rafa) Bermi, Gembong, Pati. Sekolah tersebut dipilih selain
ekonomis, juga karena orang saya tidak ingin anak sulungnya berhenti mengkaji
ilmu agama. Jika melanjutnkan di SMP tersebut, maka saya masih bisa melanjutkan
“Sekolah Sore” (sekolah agama yang dilakukan pada sore hari pada pukul
14:00-16:30) di yayasan yang sama setelah sekolah paginya (sekolah formal)
usai. Di pertengahan semester 2 kelas 7, saya minta ke orangtua untuk
dipondokkan. Dengan sedikit khawatir namun juga bahagia, orangtua saya
mengizinkan dan menyowankan ke ndalem Bapak KH. Ahmad Djaelani Al
Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Falah.
Di jenjang inilah saya
mulai suka menulis, entah itu cerpen, puisi, maupun hanya sepenggal cerita di
buku diary. Yang tak terlupakan yaitu ketika mendapat tugas bahasa Indonesia
untuk menulis puisi, Guru saya menobatkan puisi saya sebagai puisi terbaik dan
dibacakan oleh teman saya di depan kelas. Selain itu, ketika ada tugas membuat
drama, saya yang menyeting cerita dan membuat naskahnya untuk diperankan di
kelas bersama kelompok saya.
Di SMP, prestasi saya
pun tak jauh berbeda dari sekolah dasar. Dari kelas tujuh sampai kelas
sembilan, saya tak pernah luput dari juara kelas. Hal itulah yang mungkin
membuat saya dikenal oleh kakak-kakak kelas. Hingga pada saat awal kelas 8,
menurut penuturan sahabat, saya diusulkan menjadi salah satu kandidat ketua
OSIS, namun sayang ketika rapat saya tak dapat hadir karena masih berlibur di
Pulau Batam bersama saudara, sehingga gagal dicalonkan. Meskipun begitu, saya
tetap dimasukkan keorganisasian OSIS
menjadi Seksi Pendidikan dan Kerohanian.
Setelah lulus dari SMP
Islam RF pada tahun 2009, saya melanjutkan ke SMA di yayasan yang sama, yaitu
SMA Islam Raudlatul Falah. Masa SMA merupakan masa yang indah bagi kebanyakan
orang, tak terkecuali saya. Disini saya mulai membangun mimpi dan mencoba
hal-hal baru. Di sekolah saya saat itu mempunyai 11 pengembangan diri
(bangdir), yaitu bahtsul kutub, olahraga,
tata busana, tata rias, tata boga, bahasa Inggris, qiro’ah, huffadz, otomotif, elektro, dan komputer. Setiap siswa
diwajibkan memilih salah satu bangdir sesuai dengan minat mereka. Dan saya
memilih bangdir bahasa Inggris karena saya tertarik untuk mempelajari bahasa
dunia, siapa tahu suatu saat bisa melancong ke luar negeri. :D
Memasuki kelas XI SMA, disini saatnya
penjurusan. Di sekolah saya hanya ada dua jurusan, yaitu IPA dan IPS. Tanpa
pikir panjang, saya langsung memilih masuk IPA, karena saya lebih suka
menghitung daripada menghafal. Di jurusan IPA, matematikanya menantang dan
lebih sulit dibanding matematika IPS, sehingga hal itu memicu saya untuk rajin
belajar dan lebih memacu adrenalin melalui rumus dan angka-angka. Meskipun
prestasi saya tak secemerlang ketika SD dan SMP, saya masih bisa bertahan
menjadi salah satu siswi unggulan di sekolah, hal tersebut terbukti lewat
didelegasikannya saya utuk mengikuti beberapa lomba, seperti olimpiade
matematika dan fisika.
Akhir masa SMA
merupakan masa yang penuh kegalauan. Karena setelah lulus saya harus memutuskan
mau dibawa kemana ijazah saya, ke perguruan tinggi atau ke tempat lain untuk
mencari pekerjaan. Dari diri sendiri sebenarnya masih ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan alhamdulillah orangtua selalu
mendukung apapun yang terbaik buat saya.
Tahun 2012 saya
dinyatakan lulus Ujian Nasional. Dan setelah gagal masuk di Universitas Swasta
di Jakarta, saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di IAIN Walisongo atas
saran beberapa sahabat dan kerabat. Dan disinilah saya sekarang, menjadi
mahasiswa di Prodi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Pada awal kuliah, saya
bertempat tinggal di Ma’had Walisongo atas asuhan KH. Fadholan Musyafa’, Lc. MA
selama dua semester. Setelah itu, saya melanjutkan ngaji saya di Pondok Pesantren Al Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
Selama kuliah, saya
pernah mengikuti lomba menulis puisi di internet dan mendapat juara pertama. Selain
itu, say juga pernah berjualan pulsa, menjadi guru les, dan berjualan pakaian
bersama sahabat saya. Hal tersebut saya lakukan untuk melatih mental dan
belajar berwirausaha.
Kelebihan dan potensi
Tak
mudah menuliskan potensi dan kelebihan diri. Saya hanya mampu mengira-ngira
tanpa tau kebenarannya. Setahu saya, saya suka menulis, meski hanya sebatas
puisi, cerpen dan diary, mungkin hal itu merupakan salah satu potensi dan
kelebihan saya. Untuk menopang kemampuan menulis saya, saya juga suka membaca
buku, terlebih buku fiksi dan psikologi.
Selain itu, dari SMP
saya selalu dijadikan tempat curhat bagi teman-teman saya, dan menurut mereka
solusi yang saya tawarkan bisa diterima dan membatu menyelesaikan masalah. Saya
juga suka bicara apa adanya, meskipun suka asal nyeplos dan berkomentar,
perkataan saya jujur meski terkadang menyakitkan.
Saya merupakan tipikal
orang yang tak pantang menyerah dan anti putus asa ketika menginginkan sesuatu.
Jika saya sudah menentukan target, sebisa mungkin saya akan berusaha untuk
mendapatkannya.
Cita-cita, harapan, serta usaha
Sejak kecil saya
tertarik pada dunia pendidikan anak, dan suatu hari saya ingin mengabdikan hidup
saya pada pendidikan anak. Saya ingin membuka rumah belajar bagi anak-anak
jalanan maupun anak-anak kurang mampu. Saya ingin berbagi sehingga semua anak
usia sekolah tak ada yang mengatung di jalanan maupun berdiam diri di rumah
tanpa kegiatan.
Untuk mewujudkannya,
saya tahu perihal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Telebih dahulu saya
harus menyukseskan diri saya sendiri baik dari segi pendidikan dan finansial. Karena
itu, saya harus rajin belajar dan berusaha untuk berwirausaha agar cita-cita
dan harapan tersebut tak hanya menjadi kata yang tanpa makna.
Pada intinya, saya
ingin menjadi orang yang berharga dan berguna. Memberi sebelum diminta dan
berbuat baik pada sesama.