Selasa, 14 Oktober 2014

Autobiografi (tugas KTI)


Sepenggal kisah pendidikanku
Nama saya Dina Fitriyani, biasa dipanggil Dina.  Saya  adalah seorang pemimpi muda yang selalu berusaha mewujudkan setiap mimpi-mimpinya melalui usaha tanpa putus asa. Lewat angan yang terus mengembang, dengan cita yang terus dikejar. Mimpi itu berkerumun menyertai setiap langkah yang tak pernah mengenal batas.
            Saya adalah putri sulung dari pasangan Bapak Khoironi dan Ibu Sumiyati yang lahir pada hari Minggu, 10 April 1994 di Dukuh Bergat Rt 02 Rw 07 Desa Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.
Pada usia enam tahun, orang tua saya mempercayakan anak sulung mereka untuk mendapat pendidikan formal jenjang awal di SD N Bermi 01 Gembong, Pati. Diawal sekolah, saya merupakan siswi biasa yang masih mencari teman dan butuh bimbingan ekstra dari guru dan orang tua. Namun, setelah triwulan  pertama usai, prestasi saya mulai terlihat menonjol diantara teman-teman yang lain, oleh karena itu dari kelas 1 akhir sampai kelas 6 ia tak pernah luput jadi juara kelas dan diikutkan berbagai lomba.
Pada kelas 4 SD, tepat pada tanggal 25 Februari 2004, saya dianugrahi adik cantik bernama Fina Malikha. Meskipun pada awalnya saya menginginkan adik laki-laki, saya tetap menerima dan menyayangi adik perempuan saya yang semata wayang itu.
Setelah kelulusan dari sekolah dasar pada tahun 2006, saya melanjutkan ke SMP Islam Raudlatul Falah (biasa di singkat RF/Rafa) Bermi, Gembong, Pati. Sekolah tersebut dipilih selain ekonomis, juga karena orang saya tidak ingin anak sulungnya berhenti mengkaji ilmu agama. Jika melanjutnkan di SMP tersebut, maka saya masih bisa melanjutkan “Sekolah Sore” (sekolah agama yang dilakukan pada sore hari pada pukul 14:00-16:30) di yayasan yang sama setelah sekolah paginya (sekolah formal) usai. Di pertengahan semester 2 kelas 7, saya minta ke orangtua untuk dipondokkan. Dengan sedikit khawatir namun juga bahagia, orangtua saya mengizinkan dan menyowankan ke ndalem Bapak KH. Ahmad Djaelani Al Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Falah.
Di jenjang inilah saya mulai suka menulis, entah itu cerpen, puisi, maupun hanya sepenggal cerita di buku diary. Yang tak terlupakan yaitu ketika mendapat tugas bahasa Indonesia untuk menulis puisi, Guru saya menobatkan puisi saya sebagai puisi terbaik dan dibacakan oleh teman saya di depan kelas. Selain itu, ketika ada tugas membuat drama, saya yang menyeting cerita dan membuat naskahnya untuk diperankan di kelas bersama kelompok saya.
Di SMP, prestasi saya pun tak jauh berbeda dari sekolah dasar. Dari kelas tujuh sampai kelas sembilan, saya tak pernah luput dari juara kelas. Hal itulah yang mungkin membuat saya dikenal oleh kakak-kakak kelas. Hingga pada saat awal kelas 8, menurut penuturan sahabat, saya diusulkan menjadi salah satu kandidat ketua OSIS, namun sayang ketika rapat saya tak dapat hadir karena masih berlibur di Pulau Batam bersama saudara, sehingga gagal dicalonkan. Meskipun begitu, saya tetap dimasukkan  keorganisasian OSIS menjadi Seksi Pendidikan dan Kerohanian.
Setelah lulus dari SMP Islam RF pada tahun 2009, saya melanjutkan ke SMA di yayasan yang sama, yaitu SMA Islam Raudlatul Falah. Masa SMA merupakan masa yang indah bagi kebanyakan orang, tak terkecuali saya. Disini saya mulai membangun mimpi dan mencoba hal-hal baru. Di sekolah saya saat itu mempunyai 11 pengembangan diri (bangdir), yaitu bahtsul kutub, olahraga, tata busana, tata rias, tata boga, bahasa Inggris, qiro’ah, huffadz, otomotif, elektro, dan komputer. Setiap siswa diwajibkan memilih salah satu bangdir sesuai dengan minat mereka. Dan saya memilih bangdir bahasa Inggris karena saya tertarik untuk mempelajari bahasa dunia, siapa tahu suatu saat bisa melancong ke luar negeri. :D
 Memasuki kelas XI SMA, disini saatnya penjurusan. Di sekolah saya hanya ada dua jurusan, yaitu IPA dan IPS. Tanpa pikir panjang, saya langsung memilih masuk IPA, karena saya lebih suka menghitung daripada menghafal. Di jurusan IPA, matematikanya menantang dan lebih sulit dibanding matematika IPS, sehingga hal itu memicu saya untuk rajin belajar dan lebih memacu adrenalin melalui rumus dan angka-angka. Meskipun prestasi saya tak secemerlang ketika SD dan SMP, saya masih bisa bertahan menjadi salah satu siswi unggulan di sekolah, hal tersebut terbukti lewat didelegasikannya saya utuk mengikuti beberapa lomba, seperti olimpiade matematika dan fisika.
Akhir masa SMA merupakan masa yang penuh kegalauan. Karena setelah lulus saya harus memutuskan mau dibawa kemana ijazah saya, ke perguruan tinggi atau ke tempat lain untuk mencari pekerjaan. Dari diri sendiri sebenarnya masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan alhamdulillah orangtua selalu mendukung apapun yang terbaik buat saya.
Tahun 2012 saya dinyatakan lulus Ujian Nasional. Dan setelah gagal masuk di Universitas Swasta di Jakarta, saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di IAIN Walisongo atas saran beberapa sahabat dan kerabat. Dan disinilah saya sekarang, menjadi mahasiswa di Prodi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Pada awal kuliah, saya bertempat tinggal di Ma’had Walisongo atas asuhan KH. Fadholan Musyafa’, Lc. MA selama dua semester. Setelah itu, saya melanjutkan ngaji saya di Pondok Pesantren Al Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
Selama kuliah, saya pernah mengikuti lomba menulis puisi di internet dan mendapat juara pertama. Selain itu, say juga pernah berjualan pulsa, menjadi guru les, dan berjualan pakaian bersama sahabat saya. Hal tersebut saya lakukan untuk melatih mental dan belajar berwirausaha.

Kelebihan dan potensi
            Tak mudah menuliskan potensi dan kelebihan diri. Saya hanya mampu mengira-ngira tanpa tau kebenarannya. Setahu saya, saya suka menulis, meski hanya sebatas puisi, cerpen dan diary, mungkin hal itu merupakan salah satu potensi dan kelebihan saya. Untuk menopang kemampuan menulis saya, saya juga suka membaca buku, terlebih buku fiksi dan psikologi.
Selain itu, dari SMP saya selalu dijadikan tempat curhat bagi teman-teman saya, dan menurut mereka solusi yang saya tawarkan bisa diterima dan membatu menyelesaikan masalah. Saya juga suka bicara apa adanya, meskipun suka asal nyeplos dan berkomentar, perkataan saya jujur meski terkadang menyakitkan.
Saya merupakan tipikal orang yang tak pantang menyerah dan anti putus asa ketika menginginkan sesuatu. Jika saya sudah menentukan target, sebisa mungkin saya akan berusaha untuk mendapatkannya.

Cita-cita, harapan, serta usaha
Sejak kecil saya tertarik pada dunia pendidikan anak, dan suatu hari saya ingin mengabdikan hidup saya pada pendidikan anak. Saya ingin membuka rumah belajar bagi anak-anak jalanan maupun anak-anak kurang mampu. Saya ingin berbagi sehingga semua anak usia sekolah tak ada yang mengatung di jalanan maupun berdiam diri di rumah tanpa kegiatan.
Untuk mewujudkannya, saya tahu perihal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Telebih dahulu saya harus menyukseskan diri saya sendiri baik dari segi pendidikan dan finansial. Karena itu, saya harus rajin belajar dan berusaha untuk berwirausaha agar cita-cita dan harapan tersebut tak hanya menjadi kata yang tanpa makna.
Pada intinya, saya ingin menjadi orang yang berharga dan berguna. Memberi sebelum diminta dan berbuat baik pada sesama.