I.
PENDAHULUAN
Ilmu-ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang berlangsung dalam
proses kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa manusia
berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu
disiplin ilmu tersendiri yang memiliki scope materi dan metodologi tertentu,
batang tubuh, atau struktur ilmu pengetahuan (body of knowledge atau structure of knowledge) tentang suatu
bidang kajian. Setiap ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi,
antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ilmu politik dan pemerintahan,
memandang manusia dari sudut pandangnya masing-masing dan menggunakan metode
kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya.
Pengetahuan tentang tindakan atau perilaku manusia ini memberikan
suatu dasar bagi materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Dalam suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu
sosial, tersusun dalam 3 (tiga) tingkatan materi, dimulai dari yang paling
sempit sampai kepada yang paling luas, yaitu: (1) fakta, (2) konsep, (3) generalisasi.
(Savage dan Amstrong dalam Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1998:4)
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa
pengertian Fakta, Konsep, dan Generalisasi?
B.
Bagaimana
Fakta, Konsep, dan Generalisadi dalam IPS?
C.
Bagaimana
Hubungan Fakta, Konsep, dan Generalisasi?
D.
Bagaimana
Model Pembelajaran Fakta, Konsep, dan Generalisasi dalam IPS?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Fakta, Konsep, dan Generalisasi
1.
Fakta
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa, fakta
mempunyai arti: hal (keadaan, peristiwa) yg merupakan kenyataan; sesuatu yg
benar-benar ada atau terjadi.[1]
Fakta dapat diartikan sebagai suatu informasi atau data yang ada/terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan dan dikaji oleh para ahli ilmu
sosial yang terjamin kebenarannya. Walaupun demikian fakta memilki kekuatan
terbatas untuk menjelaskan suatu maalah. Fakta menunjuk pada kondisi yang
khusus dan keberlakuannya terbatas (kurang berlaku umum).[2]
Banks (Ischak:2004:2.7)
mengemukakan bahwa fakta merupakan pernyataan positif dan rumusannya sederhana.
Ada kalanya guru juga perlu mencari upaya untuk lebih menjelaskan pengertian
fakta ini dengan cara yang sederhana misalnya dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa, seperti:
a.
Siapakah teman anda yang tidak hadir hari ini?
b.
Siapakah nama guru IPS Anda yang sedang
mengajar saat ini?
c.
Ada berapa meja belajar yang ada di ruang ini?
Jawaban yang dikemukakan siswa atas pertanyaan
di atas merupakan fakta. Dengan demikian, akan disadari bahwa fakta itu amat
banyak dan tak terhitung jumlahnya. Pengetahuan yang hanya bertumpu pada fakta
akan sangat terbatas. Hal ini dikarenakan oleh :
a.
Kemampuan
untuk mengingat fakta sangat terbatas
b.
Fakta
bisa berubah pada suatu waktu, misalnya tentang perubahan iklim di suatu kota,
perubahan bentuk pemerintahan, dan sebagainya
c.
Fakta
hanya berkenaan dengan situasi khusus.[3]
Sebagai contoh fakta adalah:
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Semarang
adalah Ibu Kota Jawa Tengah, Ikrar Sumpah Pemuda terjadi pada tanggal 28
Oktober 1928, dan sebagainya.
2.
Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep diartikan sebagai: (1)
rancangan atau buram surat dsb; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret; (3) gambaran mental dari objek, proses, atau apa yang ada di
luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.[4]
Konsep adalah suatu kesepakatan
bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan
memecahkan masalah.
Menurut S. Hamid Husain (1995) mengemukakan
bahwa : “konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki
karakteristik yang sama”. Selanjutnya More dalam Skell (1995:30) bahwa :
“konsep adalah sesuatu yag tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa
ide atau gagasan “. Sedangkan Parker menyatakan bahwa: “konsep itu adalah
gagasan-gagasan tentang sesuatu”.
Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah
benda konkrit atau abstrak, luas atau sempit, satu kata atau frase. Beberapa
konsep yang bersifat konkrit misalnya; manusia, gunung, lautan, daratan,rumah,
negara, barang konsumsi, dan sebagainya.[5]
3.
Generalisasi
Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau
menyeluruh. Oleh karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan
secara umum dari suatu gejala atau informasi yang kita terima yang didukung
oleh data dan fakta yang ada.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, generalisasi mempunyai arti:
(1) perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dsb;
(2) perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada yang sebenarnya
(panjang lebar dsb); (3) perihal membentuk gagasan yang lebih kabur; (4) penyamarataan.[6]
Fakih Samlawi (1998;9) mengemukakan bahwa : “ generalisasi
merupakan sejumlah konsep yang memiliki karakteristik dan makna. Generalisasi
adalah pernyataan tentang hubungan diantara konsep. Generalisasi mengungkapkan
sejumlah besar informasi”.[7]
Ciri-ciri generalisasi adalah sebagai berikut :
a.
Menunjukkan
hubungan antara dua konsep atau lebih.
b.
Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang
menunjukkan keseluruhan kelas dan bukan bagian atau contoh
c.
Adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi
dari sekedar konsep
d.
Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas
dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan pengamatan semata
e.
Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya dan validasi artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang
pasti dengan mengguna- kan sistem penalaran dan equity.
Contoh generalisasi adalah : makin banyak angka pengangguran di
suatu negara makin meningkat angka kejahatan. Dari generalisasi tersebut
terdapat konsep pengangguran, kejahatan, dan negara.
B.
Fakta,
Konsep, dan Generalisasi dalam IPS
1.
Fakta
dalam IPS
Fakta menunjukkan suatu sifat yang nyata, yang ditampilkan dengan
benar-benar ada, terjadi karena memiliki realitas objektif.[8] Dengan kata lain, fakta merupakan peristiwa
yang benar-benar terjadi. Suatu peristiwa bisa disebut fakta apabila peristiwa
tersebut benar-benar terjadi dan peristiwa tersebut dapat diyakini
kebenarannya, sehingga memberikan informasi yang bermakna bagi manusia.
Fakta dalam ips merupakan semua peristiwa atau kejadian nyata yang
terjadi dalam lingkungan sosial , contohnya : woman trafficking (perdagangan
wanita), narkoba, perampokan, perkosaan dan sejenisnya. Kejadian-kejadian
tersebut disebut fakta IPS karena semua kejadian tersebut berhubungan dengan
manusia, yang mana manusia merupakan unsur pokok dari ilmu pengetahuan sosial.
Fakta itu sendiri bertujuan untuk menghilangkan isu-isu sosial, sehingga
isu-isu sosial tersebut bisa disebut fakta sosial.
2.
Konsep
dalam IPS
Konsep yaitu suatu ide atau gagasan yang menggambarkan hubungan
antara dua atau lebih fakta seperti konsep “kebutuhan manusia” yang berkaitan
dengan berbagai hal, misalnya pakaian, makanan, keselamatan, pendidikan, cinta
dan harga diri.
Konsep dasar pengetahuan sosial (social studies) adalah ilmu-ilmu
sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Studi ilmu-ilmu sosial
berisi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi,
antropologi, psikologi dan geografi yang dipilih sebagai bahan kajian dalam
pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Menurut Womack (1970), selain memahami konsep yang dibangun
berdasarkan pengenalan kita terhadap atribut kelas (penggolongan) dan simbol,
juga penting memahami tingkat arti (level of meaning) dari sebuah konsep. Ia
berpendapat bahwa sebuah konsep studi sosial merupakan kata atau sekumpulan
kata (prosa) yang berkaitan dengan satu gambaran tertentu yang menonjol dan
bersifat tetap (Certain, vakint, inalienable, features = tetap, menonjol, tak dapat
dicabut).
Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit maupun
abstrak. Konsep membantu kita dalam mengadakan perbedaan, penggolongan, atau
penggabungan fakta disekeliling kita.
IPS sebagai bidang kajian ilmu sosial terdapat banyak sekali konsep-konsep
antara lain:
a.
Konsep-konsep
ilmu sejarah mengenal beberapa konsep seperti migrasi, nasionalisme,
sosialisme, dll.
b.
Konsep-konsep
ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep, seperti tukar-menukar, uang, pasar, dll.
c.
Konsep-konsep
ilmu geografi mengenal beberapa konsep, seperti tanah, udara, air, sungai, dll.
d.
Konsep-konsep
ilmu antropologi mengenal beberapa konsep, seperti kebudayaan, kepercayaan,
adat dll.
e.
Konsep-konsep
sosiologi mengenal bebrapa konsep, seperti norma sosial, kelompok sosial,
organisasi sosial dll.
f.
Konsep-konsep
psikologi sosial mengenal beberapa konsep, seperti norma perilaku sosial,
interaksi sosial dll.
Setelah dikemukakan sejumlah konsep dasar ilmu sosial diatas yang
membangun bahan kajian ips, maka jelas bahwa kedudukan konsep dalam ips
merupakan bahan kajian utama untuk menelaah berbagai masalah sosial yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.[9] Untuk menyelesaikan masalah kita harus
menggunakan berbagai konsep ilmu sosial yang telah dipaparkan diatas, seperti
konsep kelompok, konflik, perilaku, peran, dll. Tanpa menggunakan konsep itu
akan sulit untuk memberikan solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapi.
3.
Generalisasi
dalam IPS
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah fenomena individual (khusus) menuju simpulan umum yang mengikat seutuh
fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Dengan kata lain, generalisasi
merupakan hubungan antara dua atau lebih konsep, misalnya hubungan antara
konsep “uang, kebutuhan, keinginan”. Generalisasi menunjukkan hubungan sebab
akibat antara konsep satu dengan konsep yang lain.
Dalam ilmu sosial terdapat sejumlah ketrampilan yang dapat
diklasifikasikan menjadi ketrampilan berfikir, ketrampilan teknis dan
ketrampilan sosial.[10] Sejumlah
ketrampilan berfikir yang penting dalam ilmu sosial diantarannya adalah menarik
kesimpulan, membuat generalisasi, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Fungsi generalisasi dalam Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk membantu
dalam pemilihan bahan pengajaran, mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar, dan untuk membantu dalam membangun pengertian (artikulasi)
bahan-bahan pengajaran dalam kurikulum.
Ketrampilan teknis yang berhubungan dengan generalisasi, dapat
diwujudkan melalui penggunaan berbagai media dan alat bantu dalam mencari dan
menyajikan informasi. Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan hubungan antar manusia, misalnya berinteraksi dan berkomunikasi baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup tertentu.
Jelas dikatakan bahwa pada ilmu pengetahuan tidak akan dapat
terbentuk apabila tidak didukung oleh generalisasi. Keterkaitan dan kedudukan
atau peranan generalisasi dalam ips sudah diawali sejak pengumpulan fakta atau
data, membentuk suatu konsep dan akhirnya membuat suatu generalisasi. Jadi
fakta, konsep, dan generalisasi itu saling berhubungan dan tidak bisa
dipisahkan. Oleh karena itu fakta-fakta sosial yang terjadi dalam kehidupan
kita, dihubungkan oleh konsep-konsep ips dihubungkan oleh generalisasi melalui
sebuah penalaran.
C.
Hubungan
Fakta, Konsep, dan Generalisasi
Fakta
merupakan salah satu bahan kajian yang amat penting dalam mata pelajaran IPS.
Dengan kata lain bahwa fakta merupakan salah satu materi yang dikaji dalam IPS.
Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat menyimpulkan sesuatu atau beberapa
peristiwa yang pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal untuk membentuk suatu
konsep. Dari beberapa konsep yang saling berkaitan kita dapat membentuk suatu
generalisasi. Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial yang harus dipahami.
Fakta
dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk
menolak teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam
rumusan teori yang sudah ada. Di lain pihak, teori dapat merangkum fakta dalam
bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip agar fakta lebih mudah dapat dipahami.
Pentingnya
fakta dalam struktur susunan ilmu pengetahuan karena fakta dapat membentuk
suatu konsep dan generalisasi.
Menurut
Savage dan Anstrong (1996:24) mengatakan bahwa: “konsep tidak dapat dipelajari
dalam kekosongan, melainkan dicapai dalam suatu proses yang melibatkan
fakta-fakta yang khusus”. Dari beberapa fakta yang khusus dan saling berkaitan
satu sama lain, maka dapat membentuk suatu konsep atau pengertian.[11]
Hubungan
yang erat antara fakta dan konsep dapat dilihat dari ilustrasi berikut ini:
Sebagai
contoh:
Seorang
anak berasal dari keluarga yang kurang mampu, sejak duduk di bangku Sekolah
Dasar sudah berjuang keras menyelesaikan studinya.
Waktu
di SD ia pernh berjualan es untuk menambah uang jajan yang diberikan oleh orang
tuanya yang tidak memenuhi kebutuhan sekolahnya. Di SLTP ia berjualan Koran,
dan di SLTA ia pernah bekerja di suatu percetakan buku sehabis pulang sekolah.
Sampai di Perguruan Tinggi ia bekerja di sebuah pesahaan garmrnt. Semua
pekerjaan ia lakukan dengan serius dan tekun sehingga dapat meyelesaikan
studinya sampai menjadi seorang sarjana.
Fakta
tersebut di atas tampak saling berkaitan dan membentuk suatu gagasan atau
konsep tentang cita-cita. Suat cita-cita tidak dapat tercapai tanpa adanya
perjuangan dan pengorbanan. Siapapun yang ingin menggapai cita-citanya ia harus
berjuang dan berkorban apakah itu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan
perasaan. Sebenarnya dari ilustrasi di atas terdapat tiga konsep perjuangan,
pengorbanan, dan cita-cita. Atau dengan kata lain suatu cita-cita
akan tercapai bila disertai perjuangan dan pengorbanan.
Dari
contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa fakta yang saling
berkaitan dapat membentuk suatu konsep.
Hubungan
antara konsep dan generalisasi dapat dilihat dari pernyataan Savage dan
Amstrong berikut: “ketika angka pengangguran
di suatu negara meningkat, maka kejahatan dan criminal pun meningkat pula”.
Dari
generalisasi tersebut di atas terdapat beberapa konsep, yaitu: konsep
pengangguran, konsep negara, konsep kejahatan, dan konsep kriminal. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa generalisasi merupakan hubungan dari beberapa
konsep.
Untuk
melihat keterkaitan antara fakta, konsep dan generalisasi, dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar
di atas menjelaskan bahwa untuk membentuk suatu generalisasi pada taraf awal
harus didukug oleh sejumlah fakta, membawakan sejumlah konsep untuk
mengungkapkan sebuah generalisasi. Fakta, konsep, dan generalisasi semua
penting bagi manusia. Fakta dapat membedakan contoh-contoh konsep, dan
generalisasi yang lebih spesifik. Karena memiliki keberlakuan yang lebih luas,
maka konsep dan generalisasi lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan
fakta.
Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa fakta, konsep, dan generalisasi
merupakan bahan kajian atau materi utama yang dipelajari dalam ilmu pengetahua
sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari ketiga unsur tersebut akan lahir
teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dikaji oleh siswa di
dalam proses pembelajaran.
D.
Model
Pembelajaran Fakta, Konsep, dan Generalisasi dalam IPS
Siswa
SD sebagai calon-calon ilmuan dikemudian hari, sejak dini harus memahami
tentang struktur ilmu pengetahuan yang diawali dengan fakta, selanjutnya
membentuk suatu konsep dan dari konsep-konsep itu akan membuat suatu
generalisasi.
Memahami
ketiga unsur tersebut sangatlah penting, karena untuk membentuk suatu teori
dalam ilmu pengetahuan tidak akan terlepas dari unsur fakta, konsep dan
generalisasi. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa fakta merupakan
suatu informasi atau data yang terjadi dalam kehidupan ini dikumpulkan oleh
para ahli ilmu sosial untuk menjamin kebenaranya, dan memiliki kemampuan untuk
menjelaskanyang terbatas, seperti contoh, angin berhembus, Jakarta adalh ibu
kota Negara Indonesia. Sedangkan konsep adalah pnamaan (pemberian label)
terhadap sesuatu untuk membantu seseorang untuk mengenal, memahami dan mengerti
sesuatu tersebut (Fakih Samlawi, dkk : 1998).[12]
Anak-anak
menyadari bahwa fakta itu amat banyak, tak terhitung jumlahnya. Ada fakta
berupa data-data, misalnya keadaan penduduk disebuah desa, ada fakta yang
tampak sebagaimana keadaannya, misalnya kondisi jalan, kondisi bangunan, dan
sebagainya. Ada juga fakta sebagai hasil pengamatan secara lebih khusus,
misalnya tentang pendapatan rata-rata penduduk sebuah kampong, mata pencaharian
pertama penduduk desa A, dan seterusnya.
Namun
demikian, perlu disadari bahwa fakta bukan tujuan akhir dari pengajaran IPS.
Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab:
1.
Kemampuan
kita untuk mengingat sangat terbatas.
2.
Fakta
itu bisa berubah pada suatu waktu, misalnya tentang perubahan iklim suatu kota.
perubahan bentuk pemerintahan, dan sebagainya.
3.
Fakta
hanya berkenaan dengan situasi khusus.
Fakta
itulah yang akan memberikan raw material kepada konsep sebagai pilar-pilar
kegiatan intelektual. Didalam kegiatan belajar-mengajar fakta harus dipetakkan
dalam hubungan fungsional dengan konsep dan generalisasi dengan cara yang
sistematis. Dengan pandangan yang seperti itu maka siswa akan mampu melihat hubungan
diantara fenomena intelektual dan menggunakannya kedalam upaya meraih
pengetahuan yang bermakna. Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta merupakan
pondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Lebih
lanjut dikemukakan bahwa konsep merupakn kesepakatan bersama untuk penamaan
sesuatu sebagai alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan
masalah. Sedangkan generalisasi merupakan sejumlah konsep yang memiliki
keterkaitan dan makna, atau pernyataan tentang hubungan diantara konsep.
Adapun
tugas guru, antara lain adalah membantu siswa membangun dan mengembangkan
konsep dan generalisasi, oleh sebab itu kegiatan belajar-mengajar, guru dan
siswa harus menggunakan serangkaian fakta ini sebagai dasar pembentukan konsep
dan generalisasi. Oleh karena aktivitas pengajaran itu berlangsung dalam rambu-rambu kurikulum maka pijakan
utama dalam proses kegiatan belajar-mengajar yaitu kurikulum.
Pengajaran
konsep disekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna konotatif, karena itu
pengajaran konsep harus:
1.
Diberikan
dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu,
seperti kita menjelaskan arti dari suatu istilah atau kata.
2.
Siswa
harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang
sesuatu konsep, tentunya dengan bimbingan guru misalnya, guru menyuru mereka
mendeskripsikan sendiri.
3.
Siswa
harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan, dan segera menuliskan makna
konsep segera setelah diperkenalkan.
Membentuk
konsep merupakan intelektual, dan itu tidak mudah. Namun demikian, perlu
disadari bahwa sesungguhnya anak telah belajar konsep sejak belum masuk sekolah
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan berfikirnya. Di sekolah mereka belajar konsep yang semakin
abstrak sifatnya atau simbolis.
Telah
dijelaskan diatas bahwa membentuk konsep pada diri anak tidaklah mudah hal itu
disebabkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kemampuan memilih
kelompok yang diobservasi berdasarkan satu atau lebih karakteristik umum, agar
dapat mengabstraksikan, dan membuat generalisasi. Dengan singkat dapat
disimpulkan bahwa konseptualisasi adalah proses mengkategorikan,
mengklasifikasikan dan memberi nama pada sekelompok objek.
Tugas
guru mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi ini dan bersamaan dengan
itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal konsep-konsep esensial dan
konsep-konsep lainnya dan juga untuk mengembangkan kemampuan merumuskan
generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Tugas guru di kelas untuk
mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lingkungan serta kemampuannya. Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam
mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar mengajar yang
dikelolanya berjalan lancar.[13]
Siswa
sekolah dasar dalam proses pembelajaran lebih cenderung mempelajari hal-hal
yang konkrit dari apa yang bersifat abstrak. Oleh karena itu seorang guru dalam
membelajarkan tentang fakta, konsep dan generalisasi hendaklah menggunakan
contoh-contoh yang konkrit yang sesuai tingkat berfikir atau perkembangan
intelektual siswa. Dalam membelajarkan materi tentang fakta, konsep dan
generalisasi dapat menggunakan strategi metode, pendekatan, media dan evaluasi
sebagai berikut:[14]
1.
Strategi
Untuk materi
ini tepat sekali menggunakan strategi pemberian contoh dan ilustrasi kepada
kelompok maupun kepada individu, agar siswa lebih cepat memahamitentang apa itu
fakta, konsep dan generalisasi.
2.
Metode
Metode yang
digunakan dapat sesuai dengan kondisi siswa agar materi dapat diterima oleh
siswa dan tidak membosankan, yang penting efektif dan efisien. Misalnya metode
ceramah bervariasi Tanya jawab, diskusi, dan lain-lain.
3.
Media
Dapat
menggunakan kertas manila karton yang bertuliskan materi pelajaran tentang
fakta, konsep dan generalisasi serta masing-masing contohnya.
4.
Evaluasi
Dapat
mengunakan beberapa item tes yang disusun guru dan dilaksanakansecara tertulis
setelah proses pembelajaran selesai (tes akhir).
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fakta
merupakan suatu informasi atau data yang ada atau yang pernah terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan serta dikaji oleh para ahli ilmu sosial
untuk menjamin kebenarannya.
Konsep
adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membantu kegiatan
berfikir dan memecahkan masalah.
Generalisasi
berasal dari kata “general” yang berarti umum atau menyeluruh. Oleh karena itu
generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala
atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada.
Fakta,
konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian atau materi utama yang
dipelajari dalam ilmu pengetahua sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari
ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu
dipelajari dan dikaji oleh siswa di dalam proses pembelajaran.
B.
Penutup
Demikianlah
makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam
penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu kami selaku penyusun
makalah ini menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan makalah kami ke
depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
[1]
KBBI offline
[2]
Drs. H. Sapriya, M,Ed., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UJI PRESS, 2008), hlm.41
[3]
http://growol.blogspot.com/2011/03/pengertian-fakta-konsep-dan.html#ixzz1yOCq5quQ
[4]
KBBI offline
[5]
Drs. H. Sapriya, M,Ed., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UJI PRESS, 2008), hlm.44
[6]
KBBI offline
[7]
Drs. H. Sapriya, M,Ed., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UJI PRESS, 2008), hlm.44
[8]
Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd,Pengantar Ilmu Sosial,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2009),hal:50
[9]
http://heroesmart.blogspot.com/
[10]
http://thenadot.blogspot.com/2010/11/faktakonsep-dangeneralisasidalamips.html
[11]
Drs. H. Sapriya, M,Ed., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UJI PRESS, 2008), hlm.42
[12]
Drs. H. Sapriya, M,Ed., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UJI PRESS, 2008),
hlm.56
[13]
http://phierda.wordpress.com/2012/10/30/keterkaitan-antara-fakta-konsep-dan-generalisasi-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/
[14]
Drs. H. Sapriya, M,Ed., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UJI PRESS, 2008), hlm.59