Rabu, 09 April 2014

Senyuman di Kantin


Kelas selalu sepi waktu istirahat. Anak-anak lebih suka beraktifitas di luar daripada di dalam kelas. Hanya segelintir anak yang betah berdiam diri didalamnya, aku salah satunya. Momen sepi seperti ini memang yang selalu ku idamkan, begitu tenang, tanpa kegaduhan dan terasa nyaman. Akupun mengambil novel dari dalam tas, memasang posisi duduk seenakku dan membaca novel kesayanganku.
 “Din, ke kantin yuk??” ajak Runa, salah satu sahabatku yang baru masuk ke kelas dan langsung berdiri di depanku.
“ngapain Run??” aku masih asyik dengan novel yang ku baca
“ya makan lah, laper nih” jawabnya sambil mengelus-elus perutnya
“lagi seru nih, males jalan juga, hehe, lagian kamu tadi kan udah di luar, kenapa enggak langsung ke kantin aja?”
“aahh,, udah deh ayo” Runa langsung saja menarik tanganku, akupun otomatis langsung beranjak dari tempat dudukku dan terbawa tarikannya. Kami berdua berjalan menuju kantin yang letaknya tidak jauh dari kelas kami. Sampai di depan kantin kami melihat ada banyak orang yang sedang berkerumun di sebuah meja.
“eh Din, apaan tuh kok ada banyak orang disana?”
“enggak tau” aku mengangkat bahu
“liat yuk” tanpa menunggu jawabanku, Runa langsung menggandeng tanganku dan menarikku mendekati ke pusat kerumunan.
Saat kami sampai di kerumunan itu, semua anak yang tadinya menghadap ke meja langsung berbalik badan menghadap ke arahku. Tak ku duga, mereka adalah sahabat-sahabatku dan teman sekelasku. Mereka semua membawa lilin-lilin kecil di tangannya dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku. Seketika aku lansung menutup wajah dengan kedua tangan, aku menangis, terharu. Aku saja tak ingat dengan hari ulang tahunku, tapi mereka, sahabatku begitu luar biasa menyiapkannya.
Mereka membiarkanku menangis sebisaku, mereka tersenyum, tertawa melihat ekspresiku, aku dibuatnya malu. Belum terhenti air mata haruku, barisan mereka merenggang, terdengar suara laki-laki yang teramat aku kenal menyanyikan lagu selamat ulang tahun dari belakang kerumunan, dan barisan yang merenggang tadi menampakkan sosok laki-laki yang membawa kue tart, Andi. Dia semakin mendekatiku dengan bernyanyi dan membawa kue tart tepat di hadapanku.
“selamat ulang tahun Dina, semoga panjang uuummuuurrr” dia mengakhiri lagunya. Aku tersenyum dalam airmata, tersipu.
“happy b’day ya Din, semoga kamu  mau menerima cintaku”. Kata-kata Andi membuatku shock seketika. Aku terdiam. Rasaku bercampur aduk, terharu, tak percaya.
“kamu mau kan jadi pacar aku??” dia mempertegas maksudnya. Aku semakin dibuatnya tak berdaya. Tangis dan tawa ini mewakili rasa ketidakpercayaanku, aku terharu, aku malu.
“ciiiieeeeee,,, terimaaaa,,, teriimaaaa,,, terimmaaa” suara sorak-sorai teman-teman dan pengunjung kantin membuatku tak menentu.
“kalian apaan sih, malu tauu” aku mengusap airmataku, tapi sorakan mereka semakin menjadi. aku terdiam, tak lama kemudia mereka juga terdiam, suasana jadi senyap. Aku mengangguk, “aku mau”.
“horeeeeeeeee” serentak suara kerumunan itu bersorak. Ku lihat wajah Andi merona bahagia, tawanya yang sedikit tertahan, dia menatapku, aku menatapnya tersenyum.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar