Selasa, 23 April 2013

Kalo Rezeki nggak Kemana


Kalo Rezeki nggak Kemana

Soal rezeki memang sudah ada yang ngatur. Ibarat kata “kalau jodoh, nggak kemana”, begitupun rezeki. Allah Maha Mengetahui kok, jadi nggak perlu ribet dalam urusan rezeki, apalagi bersangkutan dengan money. Memang sih rezeki itu perlu dicari dan diusahakan, tapi tak perlu ngoyo mendapatkannya. Hidup memang butuh uang, tapi itu bukan segalanya.
Aku adalah gadis yang sulit untuk optimis, selalu ada ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan segala hal. aku takut menemukan sebuah kegagalan, yang mana telah ku ketahui bahwa kegagalan merupakan proses menuju keberhasilan. Lain dari itu, aku adalah seorang yang punya kemauan keras, mempunyai semangat tinggi untuk mencapai hal yang ku ingini, sayangnya aku juga orang yang ragu untuk mengatakan “aku bisa”, aku pesimis dan takut mencoba, karena kata “gagal” telah terlebih dahulu memblokade otakku sehingga terlalu berat melakukan hal yang aku inginkan. Namun, suatu saat aku ingin merubah kata “bisa nggak ya??” menjadi “pasti bisa!” dalam kamus hidupku, dan itu harus!.
Teringat saat aku iseng lomba menulis. Bukan iseng sih, pada dasarnya aku memang doyan nulis, tapi tak ada keberanian untuk mempublikasikan ke orang lain, apa lagi diikut-sertakan dalam ajang lomba, ciut nyalinya. Namun, si kakak selalu memberi arahan dan motivasi agar aku terus maju dan berkembang,” rugi bila punya bakat hanya dibuat sebatas hobi, harus bisa memanfaatkan”, begitu katanya. Akupun berpikir demikian, selain bisa menghasilkan, pasti punya kebanggaan tersendiri jika karya kita bisa dinikmati banyak orang, lebih-lebih bisa dimanfaatkan dalam kebaikan. Tapi masalahnya, bagaimana aku memulai misi mengekspose kan karyaku dan sekaligus menghasilkan keuntungan bagiku??
Akhirnya, pada suatu hari, si kakak ngasih info tentang lomba menulis di internet. Hadiahnya lumayanlah buat uang jajan.  Awalnya aku ragu, tapi setelah berfikir-fikir, taka da salahnya untuk mencoba. Akupun bersemangat membuat karya. Yang terlintas dalam benakku adalah puisi, karena itu lebih simple menurutku.
Pada saat menanti kedatangan dosen saat kuliah malam, aku iseng;iseng coret-coret kertas, inspirasi datang tanpa diundang, langsung ku tuangkan rasa dalam kata, dan tak berapa lama beberapa bait puisi pun berhasil tercipta. Setelah membaca ulang hasil karyaku, aku minta Ika, teman sekelasku, untuk memberi penilaian terhadap puisiku. Katanya sih diksinya bagus, tapi dia kesulitan dalam memahami isinya. It’s ok,, thanks for your comment my friend,, J
Sepulang dari kuliah malam, aku langsung duduk di depan laptop dan mengetik puisiku. Setelah itu, ku tunjukkan puisiku kepada kakakku lewat jejaring sosial facebook. Dan setelah dipertimbangkan oleh sang kakak, akhirnya puisi itu yang berjudul “Kura-kura Kupu-kupu” disepakati olehku dn kakak untuk diikutsertakan dalam perlombaan. Was-was banget rasanya, karena itu merupakan kali pertama aku mengikuti ajang lomba seperti itu. Segala pikiran-pikiran akan prediksi keburukan terus membayang-bayangi otak, terutama kata gagal dan kalah. Namun ku coba menepis segala kebimbangan, ku yakinkan diri bahwa itu adalah ajang lomba, kalah menang sudah jadi hal yang biasa, yang penting adalah pengalamannya.
Pemenang lomba ditentukan dari banyaknya komentar yang didapat dari karya masing-masing peserta yang telah dipublikasikan dalam blog si penyelenggara lomba. Hal itu membuatku sedikit tak percaya diri. aku juga sedikit kebingungan saat mempromosikan puisiku ke orang lain agar bersukarela untuk mengomentarinya. Akhirnya aku mencoba mempromosikannya lewat facebook. Setiap orang ku kirimi pesan yang berisikan permwohonan pertolongan agar bersedia mengomentari puisiku, dari teman dekat sampai yang tak pernah ku kenal. Sungkan rasanya melakukan hal semacam itu, tapi tak apalah, namanya juga usaha. Banyak reaksi yang ku dapatkan dari pengiklanan tersebut, ada yang langsung bersedia mengomentari, ada yang mohon maaf karena tak bisa membantu, dan ada juga yang diam tanpa respon. Dan semua itu ku maklumi adanya.
Sebulan pun sudah berlalu,namun komentarpun masih sedikit ku dapati. Aku mulai pesimis. Namun sang kakak selalu ada untuk memberi semangat an menumbuhkan rasa optimis percaya diri. Akupun tak mau mengecewakannya. Ku coba merakit kembali semangatku, dan bangkit lagi untuk maraih impianku. Ku coba lagi mengiklankan puisiku, dengan sedikit menghilangkan rasa sungkan dan malu. Ku benar-benar memohon kepada para sahabat-sahabatku di facebook agar bersedia ikut serta dalam perlombaanku. Dan akhirnya komentarpun semakin bertambah. Alhamdulillah….
Waktu penentuan sudah terlewatkan, tetapi masih saja belum ada pengumuman pemenang. Berulang kali pemilik blog mengkonfirmasi bahwa pengumuman ditunda, hal itu membuat geram para peserta lomba. Banyak kritikan yang dilontaran kepada si penyelenggara lomba, tapi masih tetap saja taka da balasnya. Akupun mulai beranggapan bahwa lomba tak benar-benar ada, mungkin si pemilik blog hanya ingin menaikkan rating blognya dengan cara pura-pura mengadakan lomba. Seiring berjalannya waktu, akupun mulai melupakan lomba itu. Ku anggap lomba itu tak benar adanya, ku buang semua pengharapan yang mungkin sia-sia.
Suatu hari aku pergi jalan-jalan bersama teman-teman ke sebuah pusat perbelanjaan, saking asyiknya menikmati pemandangan ribuan baju yang terpajang, aku tak sadar salah satu benda berhargaku telah hilang, handphone. Panik dan cemas tentu saja ada, tapi kesedihan tak boleh bertahta terlalu lama, ku ikhlaskan hilangnya hpku dan berpositif thinking dengan apa yang terjadi padaku. Mungkin itu peringatan dari Allah untukku dan teman-teman yang lain untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam segala hal, khususnya menyimpan barang berharga. Paling tidak kejadian hilangnya hpku bisa bermanfaat bagi orang lain jika mau belajar dari pengalamanku.
10 April adalah tanggal dimana aku dilahirkan bundaku, dan pada tahun 2013 ini usiaku genap 19 tahun. Ku ingin berbagi di hari special ini, tapi uang dikantong tak memungkinkan untuk melakukan niatku, tapi tak apalah, berbagi dan bersedekah tak akan membuat seseorang menjadi miskin dan kekurangan, setidaknya itu yang ku dapat setelah membaca bukunya Yusuf Mansur. Dengan keterbatasan dana yang ada, ku ajak teman sekamarku makan mie ayam di sore hari ultahku. Meski tak mewah dan tak seberapa, paling tidak aku masih bisa berbagi di hari bersejarahku itu. Alhamdulillah….
3 hari setelah hari ulang tahunku, aku terkejut ketika membaca sebuah pesan yang mengatasnamakan penyelenggara lomba menulis yang pernah aku ikuti. Isi pesan singkatnya mengatakan bahwa aku harus mengirim nomor rekening karena aku menang lomba. Setengah kaget dan tak percaya, langsung ku buka website lombanya dan ternyata benar, puisiku menjadi pemenang pertama dengan jumlah 135 komentar. Alhamdulillah… terimakasih Ya Rabb… rezeki emang nggak kemana. Rp. 500.000,00 cukup berarti dari hasil lomba pertamaku, J

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar