Kalo
Rezeki nggak Kemana
Soal rezeki memang sudah ada yang
ngatur. Ibarat kata “kalau jodoh, nggak
kemana”, begitupun rezeki. Allah Maha Mengetahui kok, jadi nggak perlu ribet dalam urusan rezeki, apalagi bersangkutan dengan money. Memang sih rezeki itu perlu
dicari dan diusahakan, tapi tak perlu ngoyo mendapatkannya. Hidup memang butuh
uang, tapi itu bukan segalanya.
Aku adalah gadis yang sulit untuk
optimis, selalu ada ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan segala hal. aku
takut menemukan sebuah kegagalan, yang mana telah ku ketahui bahwa kegagalan
merupakan proses menuju keberhasilan. Lain dari itu, aku adalah seorang yang
punya kemauan keras, mempunyai semangat tinggi untuk mencapai hal yang ku
ingini, sayangnya aku juga orang yang ragu untuk mengatakan “aku bisa”, aku
pesimis dan takut mencoba, karena kata “gagal” telah terlebih dahulu memblokade
otakku sehingga terlalu berat melakukan hal yang aku inginkan. Namun, suatu
saat aku ingin merubah kata “bisa nggak ya??” menjadi “pasti bisa!” dalam kamus
hidupku, dan itu harus!.
Teringat saat aku iseng lomba menulis.
Bukan iseng sih, pada dasarnya aku memang doyan nulis, tapi tak ada keberanian
untuk mempublikasikan ke orang lain, apa lagi diikut-sertakan dalam ajang
lomba, ciut nyalinya. Namun, si kakak selalu memberi arahan dan motivasi agar
aku terus maju dan berkembang,” rugi bila punya bakat hanya dibuat sebatas
hobi, harus bisa memanfaatkan”, begitu katanya. Akupun berpikir demikian,
selain bisa menghasilkan, pasti punya kebanggaan tersendiri jika karya kita
bisa dinikmati banyak orang, lebih-lebih bisa dimanfaatkan dalam kebaikan. Tapi
masalahnya, bagaimana aku memulai misi mengekspose kan karyaku dan sekaligus
menghasilkan keuntungan bagiku??
Akhirnya, pada suatu hari, si kakak
ngasih info tentang lomba menulis di internet. Hadiahnya lumayanlah buat uang
jajan. Awalnya aku ragu, tapi setelah
berfikir-fikir, taka da salahnya untuk mencoba. Akupun bersemangat membuat
karya. Yang terlintas dalam benakku adalah puisi, karena itu lebih simple
menurutku.
Pada saat menanti kedatangan dosen saat
kuliah malam, aku iseng;iseng coret-coret kertas, inspirasi datang tanpa
diundang, langsung ku tuangkan rasa dalam kata, dan tak berapa lama beberapa
bait puisi pun berhasil tercipta. Setelah membaca ulang hasil karyaku, aku
minta Ika, teman sekelasku, untuk memberi penilaian terhadap puisiku. Katanya
sih diksinya bagus, tapi dia kesulitan dalam memahami isinya. It’s ok,, thanks
for your comment my friend,, J
Sepulang dari kuliah malam, aku
langsung duduk di depan laptop dan mengetik puisiku. Setelah itu, ku tunjukkan
puisiku kepada kakakku lewat jejaring sosial facebook. Dan setelah
dipertimbangkan oleh sang kakak, akhirnya puisi itu yang berjudul “Kura-kura
Kupu-kupu” disepakati olehku dn kakak untuk diikutsertakan dalam perlombaan.
Was-was banget rasanya, karena itu merupakan kali pertama aku mengikuti ajang
lomba seperti itu. Segala pikiran-pikiran akan prediksi keburukan terus
membayang-bayangi otak, terutama kata gagal dan kalah. Namun ku coba menepis
segala kebimbangan, ku yakinkan diri bahwa itu adalah ajang lomba, kalah menang
sudah jadi hal yang biasa, yang penting adalah pengalamannya.
Pemenang lomba ditentukan dari
banyaknya komentar yang didapat dari karya masing-masing peserta yang telah
dipublikasikan dalam blog si penyelenggara lomba. Hal itu membuatku sedikit tak
percaya diri. aku juga sedikit kebingungan saat mempromosikan puisiku ke orang
lain agar bersukarela untuk mengomentarinya. Akhirnya aku mencoba
mempromosikannya lewat facebook. Setiap orang ku kirimi pesan yang berisikan
permwohonan pertolongan agar bersedia mengomentari puisiku, dari teman dekat
sampai yang tak pernah ku kenal. Sungkan rasanya melakukan hal semacam itu,
tapi tak apalah, namanya juga usaha. Banyak reaksi yang ku dapatkan dari pengiklanan
tersebut, ada yang langsung bersedia mengomentari, ada yang mohon maaf karena
tak bisa membantu, dan ada juga yang diam tanpa respon. Dan semua itu ku
maklumi adanya.
Sebulan pun sudah berlalu,namun
komentarpun masih sedikit ku dapati. Aku mulai pesimis. Namun sang kakak selalu
ada untuk memberi semangat an menumbuhkan rasa optimis percaya diri. Akupun tak
mau mengecewakannya. Ku coba merakit kembali semangatku, dan bangkit lagi untuk
maraih impianku. Ku coba lagi mengiklankan puisiku, dengan sedikit
menghilangkan rasa sungkan dan malu. Ku benar-benar memohon kepada para
sahabat-sahabatku di facebook agar bersedia ikut serta dalam perlombaanku. Dan
akhirnya komentarpun semakin bertambah. Alhamdulillah….
Waktu penentuan sudah terlewatkan,
tetapi masih saja belum ada pengumuman pemenang. Berulang kali pemilik blog
mengkonfirmasi bahwa pengumuman ditunda, hal itu membuat geram para peserta
lomba. Banyak kritikan yang dilontaran kepada si penyelenggara lomba, tapi
masih tetap saja taka da balasnya. Akupun mulai beranggapan bahwa lomba tak
benar-benar ada, mungkin si pemilik blog hanya ingin menaikkan rating blognya
dengan cara pura-pura mengadakan lomba. Seiring berjalannya waktu, akupun mulai
melupakan lomba itu. Ku anggap lomba itu tak benar adanya, ku buang semua
pengharapan yang mungkin sia-sia.
Suatu hari aku pergi jalan-jalan
bersama teman-teman ke sebuah pusat perbelanjaan, saking asyiknya menikmati
pemandangan ribuan baju yang terpajang, aku tak sadar salah satu benda
berhargaku telah hilang, handphone. Panik dan cemas tentu saja ada, tapi
kesedihan tak boleh bertahta terlalu lama, ku ikhlaskan hilangnya hpku dan
berpositif thinking dengan apa yang terjadi padaku. Mungkin itu peringatan dari
Allah untukku dan teman-teman yang lain untuk lebih berhati-hati dan waspada
dalam segala hal, khususnya menyimpan barang berharga. Paling tidak kejadian
hilangnya hpku bisa bermanfaat bagi orang lain jika mau belajar dari
pengalamanku.
10 April adalah tanggal dimana aku
dilahirkan bundaku, dan pada tahun 2013 ini usiaku genap 19 tahun. Ku ingin
berbagi di hari special ini, tapi uang dikantong tak memungkinkan untuk
melakukan niatku, tapi tak apalah, berbagi dan bersedekah tak akan membuat
seseorang menjadi miskin dan kekurangan, setidaknya itu yang ku dapat setelah
membaca bukunya Yusuf Mansur. Dengan keterbatasan dana yang ada, ku ajak teman
sekamarku makan mie ayam di sore hari ultahku. Meski tak mewah dan tak
seberapa, paling tidak aku masih bisa berbagi di hari bersejarahku itu.
Alhamdulillah….
3 hari setelah hari ulang tahunku, aku
terkejut ketika membaca sebuah pesan yang mengatasnamakan penyelenggara lomba
menulis yang pernah aku ikuti. Isi pesan singkatnya mengatakan bahwa aku harus
mengirim nomor rekening karena aku menang lomba. Setengah kaget dan tak
percaya, langsung ku buka website lombanya dan ternyata benar, puisiku menjadi
pemenang pertama dengan jumlah 135 komentar. Alhamdulillah… terimakasih Ya
Rabb… rezeki emang nggak kemana. Rp.
500.000,00 cukup berarti dari hasil lomba pertamaku, J