Menulis telah menjadi hobbyku
sejak SD, meskipun itu hanya sebatas menulis kegiatan sehari-hariku lewat buku diary, aku menikmati kegiatan itu.
Bagi orang yang penuh rasa sepertiku, menulis diary merupakan sarana untuk mencurahkan isi hati, disana aku dapat
menceritakan apapun yang orang lain tak boleh tahu. Berawal dari kegemaranku
menulis kisahku dalam diary itulah, aku tertarik untuk memfisualkan imajinasiku lewat
tulisan. Lewat tulisan aku bisa bebas berekspresi. Perasaan sedih, bahagia,
cemburu, kecewa, galau, dan segala rasa ku ekspresikan lewat tulisan, puisi,
cerpen, maupun hanya sekedar kata-kata singkat.
Aku merupakan orang yang mudah
minder, suka pesimis dalam menghadapi premis. Karena sifat burukku itulah
mimpiku untuk menjadi penulis sempat tersingkirkan, aku terdiam, vakum dalam
tulisan, aku menyerah. Namun berkat dukungan dari para sahabat, aku terus
melaju menumbuhkan rasa optimis.
Sudah beberapa kali aku mengikuti
lomba menulis, pertama kali aku ikut lomba puisi, aku menang, itu merupakan
awal yang luar biasa, semakin memacuku mengejar prestasi, aku terus berjuang,
dan berujung dengan kegagalan. Tapi, ketika ku mulai menemui banyak kegagalan,
hal itu bukan lagi menjadi kisah yang dramatis, itu merupakan proses
untuk menuju kesuksesanku yang tidak praktis.
Soal kegagalan itu sudah biasa,
semakin banyak kegagalan yang kita alami, semakin dekat kita dengan
keberhasilan. Menurut buku yang pernah saya baca sih seperti itu. Thomas Alfa
Edison pun banyak mengalami kegagalan ketika menciptakan bola lampu, tapi dia
tak pernah menyerah hingga eksperimen ke seribu. Kegagalan merupakan awal dari
kesuksesan. Kalimat itu sudah familiar, dan itu benar. Dengan adanya kegagalan,
kita dituntut untuk menciptakan suatu keberhasilan yang lebih dari yang sekedar
kita inginkan. Karena kegagalan itu berkriteria, mempunyai pedoman, dan
memiliki tolok penilaian tersendiri.
Soal tulisan, TERE LIYE, seorang penulis yang terkenal dengan bahasanya
yang tegas dan lugas pun pernah mengalami kegagalan. Saya pernah membaca di
akun sosial medianya bahwa novelnya yang berjudul “Hafalan Sholat Delisa”
pernah ditolak penerbit ternama, namun lihat sekarang, novel tersebut malah
meledak di pasaran, serta menjadi salah satu novel beliau yang di filemkan.
Menulis itu gampang-gampang
mudah. Nah loh. Iya memang benar, menulis itu tidak sulit, mulailah dengan
menuliskan hal yang sederhana. Penulis besar dengan kata-kata yang tajam dengan
diksi yang mengagumkan pun memulainya dengan hal yang sederhana. yang paling
penting, jangan mencela hasil karya sendiri. Seburuk apapun tulisanmu, itu
adalah hasilmu. Jika ingin dihargai orang lain, hargai dulu milik kita sendiri.
Selain itu, ubahlah kata “buruk” menjadi “kurang baik”, karena yang kurang itu
bisa ditambahi menjadi lebih, jika kita terus dan terus berusaha memperbaiki.
Salah seorang teman ada yang pernah bilang “kualitas itu akan muncul dengn
adanya kuantitas”. Maksudnya, jika kita terus dan terus berlatih, maka kualitas
tulisan kitapun lambat laun akan terlihat dengan sendirinya.
Aku sangat suka berbagi, apalagi
membagi inspirasi dan imajinasiku. Lewat facebook, twitter, dan juga blog, aku
mempublikasikan karyaku kepada semua orang agar bisa membacanya. Sewaktu masih
sekolah, aku suka memenuhi madding sekolah dengan karyaku, puisi-puisi, cerpen,
dan kata motivasi. Dulu waktu aku masih SMP, ada tugas Bahasa Indonesia untuk
membuat puisi, pada saat itu puisiku dinobatkan sebagai puisi terbaik di kelas
fersi guruku, Bu Titik. Karena hal itu, aku semangin bersemangat untuk membuat
puisi. Selain itu, ada juga tugas membuat drama kelas, pada saat itu banyak
yang menggunakan cerita-cerita dongeng yang telah populer di masyarakat, tapi
aku tak ingin seperti mereka, akhirnya akupun mengarang cerita sendiri bertemakan
persahabatan, membuat naskah untuk teman-temanku, dan ceritakupun diperankan.
Pada saat SMApun begitu, ada pementasan drama kelas, dan akupun berlaga sebagai
penulis cerita, sutradara, serta pemerannya, :). Aku tak mencari pujian, aku
hanya ingin memuaskan rasa hati dengan berbagi.
Aku ingin sekali suatu hari namaku
muncul di cover sebuah buku, buku yang eksistensinya memberi manfaat dan
dicari. Aku ingin menjadi penulis, penulis dengan gayaku sendiri, yang bisa
memberikan pembaca sebuah arti tersendiri, dan aku bahagia karena meninggalkan
sebuah kenangan jika ku tak menginjak bumi lagi. Aku menyadari sebatas apa
karya-karyaku ini, aku hanyalah seorang “writer wannabe” yang terus berjuang meraih mimpi. Namun, Aau yakin, suatu saat
aku mampu mewujudkan impian menjadi penulis dan puisi-puisi serta kisah-kisahku
dalam buku harianku, akan membuat pembacaku menjadi menangis saat sudah di
rilis.
semangat din :)
BalasHapusyou are something that you think,,
we always support you sis,, :*
thank u sista,,,,, i can because u too,,,,
Hapus:*
semangat nduk, jaangan lupa untuk terus mengasah, dan perbanyak membaca,... :)
BalasHapustidakkah kau juga ingin menjadi penulis mbak???? :D
Hapusem biasa, hehe
Hapushanya suka mengarahkan unek2 ke tulisan aja,
tetap saja kau adalah penulis dalam angin, tak terlihat, namun dapat ku rasa, terbaca. :P :D
Hapuskembangkan bakatmu
BalasHapus