BAHASA KARYA
TULIS ILMIAH
MAKALAH
Disusun guna
memenuhi tugas
Mata Kuliah:
Karya Tulis Ilmiah
Dosen pengampu
: M. Rikza Chamami, MSI
Disusun Oleh :
Dina Fitriyani (123911042)
Feri Lesmana (123911047)
Fuani
Tikawati Maghfiroh (123911048)
Novi Arifatul Mufidah (123911079)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
(FITK)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Selama ini, kita jarang yang tahu untuk
apa membaca, baik membaca buku fiksi, nonfiksi, jurnal bahkan karya tulis
ilmiah. Pada bahasan selanjutnya akan
dipaparkan perihal Bahasa Karya tulis Ilmiah, sebab “bahasa” dalam karya tulis
ilmiah berkedudukan sebagai bahasa komunikasi antara penutur dengan pendengar
atau penulis dengan pembaca.
Dalam rangka menciptakan budaya membaca
dan menulis karya tulis ilmiah, pendidikan bahasa karya tulis ilmiah haruslah
ditanamkan sedini mungkin. Hubungan dengan hal tersebut, maka pada perguruan
tinggi biasanya terdapat mata kuliah yang khusus membahas perihal Karya Tulis
Ilmiah. Sehingga, mampu membuat pemahaman masyarakat akan beralih pasalnya
penggunaan bahasa pada karya tulis ilmiah dikenal masyarakat luas ataupun awam.
Karya tulis ilmiah sebagai wahana
melatih mengungkapkan pikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan
ilmiah yang sistematis dan metodologis memerlukan bahasa penyambung atau
pengantar yang sesuai, disinilah letak fungsi bahasa karya tulis ilmiah. Bahasa
karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan memiliki struktur atau penyusunan
yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hanya
saja nampak lebih sistematis dan metodologis.
Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang
lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa Karya Tulis Ilmiah tidak dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa
Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
B. Bagaimana
Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
C. Bagaimana
Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa merupakan
alat komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa
dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan kepada pendengar atau
penulis kepada pembaca.[1]
Setiap situasi tersebut memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan
digunakannya. Istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian
variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ragam
itu masih tetap disebut “Bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi teras
atau intisari bersama yang umum.
Istilah ragam
bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa
modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat
bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai
ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuan. Dengan demikian,
bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum
yang sama.
Pemilihan
terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan pembicara
atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat
kiranya apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang
digunakan dalam rapat dinas. Demikian pula misalnya, komunikasi antar penumpang
dengan abang tukang becak berbeda dengan antar menteri dalam sidang kabinet.[2]
Secara
spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan
sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana
verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk
mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.[3]
Pada ragam
ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu
sebagai bentuk dalam, tidak dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu,
seperti berikut ini: [4]
1. Baku.
Artinya, struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
baku, harus sesuai dengan kaidah ejaan yang benar.
2. Logis.
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
3. Kuantitatif.
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
4. Tepat.
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau
penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5. Denotatif
yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai arti
sesungguhnya.
6. Runtun.
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan tingkatannya.
7. Cendekia.
Bahasa Indonesia mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis
secara tepat.
8. Lugas
dan jelas. Bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat.
9. Formal
dan obyektif. Komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi
formal, oleh karena itu dalam penulisan dan penyampaiannya harus obyektif.
B. Fungsi
dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Fungsi dan kedudukan bahasa
karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya
tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa komunikasi.
Dari cara menggunakan bahasa
itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya. Fungsi itu meliputi fungsi
aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.
1. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk
berkomunikasi secara aktif dengan pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor). Contoh: untuk proses belajar mengajar dan menulis surat.
2. Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak
melibatkan orang lain di dalam kegiatan tersebut. Contoh : menghitung,
mengutuk, menggumam, atau berdo’a.
3. Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak
melibatkan alat ucap, melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang
lain. Akan tetapi pemakai bahasa tidak
hanya diam, melainkan memberikan respons yang tampak maupun yang tidak tampak.[5]
C. Gaya
dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Memberikan gambaran yang
komprehensif ihwal penulisan kata, kalimat, paragraf, dan penyusunan alinea. Dengan
semuanya itu,
1. Penulisan
Kata
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas “kata” dapat dipahami sebagai unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.[6]
Oleh karena itu, penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam
bahasa karena merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak
mungkin ada bahasa. Karena itu, para pengguna bahasa harus berhati-hati ketika
memilih kata-kata untuk membuat kalimat. Pemilihan kata yang baik dan tepat
akan memudahkan seseorang untuk memahami makna dari kata tersebut, baik lisan
maupun tulisan. Seorang penulis yang baik harus menimbang setiap kata yang akan
digunakan sebelum dituangkan dalam tulisan, terlebih dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah.
Ada beberapa ukuran yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, yaitu: [7]
a.
Kata yang lazim dipakai dalam bahasa
tutur atau bahasa setempat harus dihindari. Misalnya: nongkrong, raun.
Kata-kata itu dapat dipakai apabila sudah menjadi milik umum. Contoh: santai,
lugas, anjangsana.
b.
Kata yang mengandung nilai rasa
hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan
suasana pembicaraan. Contoh: tunanetra (buta).
Kata yang tidak
lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat. Contoh:
laskar = didaulat.
2. Penulisan
Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi, harus memiliki subjek dan predikat.[8]
Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada
dalam sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk
kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata.
Dalam
membangun sebuah kalimat, terdapat beberapa unsur penyusunnya, yaitu: [9]
a. Subyek
Subyek adalah
unsur yang diperhatikan dalam sebuah kalimat. Subyek merupakan inti dalam
kalimat yang dijelaskan oleh unsur predikat. Contoh : para mahasiswa melakukan demo di jalan raya.
b. Predikat
Predikat
merupakan kata di dalam sebuah kalimat yang berfungsi memberitahukan apa,
mengapa, atau bagaimana subyek. Contoh: para mahasiswa melakukan demo di jalan raya.
c. Pelengkap
Sering kali
sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah
suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya: pemerintah membangun pusat kegiatan remaja.
Kata yang
dicetak tebal merupakan unsur pelengkap. Terlihat pula bahwa dalam sebuah
kalimat, unsur pelengkap itu selalu berada di belakang predikat. Unsur
pelengkap itu disebut obyek.
d. Kata
Perangkai
Unsur perangkai
berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur predikat, atau dua unsur
pelengkap di dalam sebuah kalimat. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai kata
perangkai sering diawali oleh kata-kata dan,
dengan, setra, bersama, beserta, dan kadang-kadang oleh kata juga.
e. Kata
Penghubung
Adakalanya kata
penghubung terdiri atas satu kata dan ada pula yang terdiri atas satu kelompok
kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di
dalam satu kalimat.
f. Kata
Modalitas
Unsur tersebut
sering disebut “kata warna” dan berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti
sebuah kalimat.
Dalam
membuat karya tulis ilmiah, kalimat yang digunakan harus efektif dan
menggunakan kaidah penulisan yang benar. Kalimat efektif adalah kalimat yang
secara tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan
gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar.[10]
Dengan menggunakan kalimat efektif, informasi yang disampaikan akan lebih jelas
dan mudah dipahami.
Adapun
ciri-ciri kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: [11]
a. Kesepadanan
struktur
b. Keparalelan
bentuk
c. Ketegasan
makna
d. Kehematan
kata
e. Kecermatan
penalaran
f.
Kepaduan gagasan
g.
Kelogisan bahasa
3. Penulisan
Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang
terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus
disusun seacara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan
antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. Sebuah
paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu, dalam
paragraf juga terdapat kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Ide utama atau kalimat utama paragraf
harus berisi ide utama dari paragraf yang bersangkutan. Ide pokok sesungguhnya
memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar daripada kalimat pokok atau
kalimat utama. Dari sebuah ide pokok atau ide utama dapat dikembangkan beberapa
kalimat utama paragraf. Lalu, berdasarkan posisinya di dalam sebuah paragraf,
kalimat pokok atau kalimat utama itu dapat berada pada posisi yang
berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian
ini akan menentukan pula alur pikiran yang harus diterapkan.[12]
Pembagian posisi kalimat utama tersebut adalah sebagai berikut:[13]
1.
Kalimat utama di awal paragraf
Dengan kalimat utama di
awal paragraf, perincian dan jabaran bagi kalimat utama tersebut akan
menyertainya pada kalimat-kalimat yang berikutnya. Biasanya kalimat-kalimat
yang menyertai kalimat utama yang berada di awal paragraf itu akan berupa
perincian-perincian, contoh-contoh, keterangan-keterangan, deskripsi dan
analisis.
2.
Kalimat utama di akhir paragraf
Kalimat pokok yang
tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu diawali dengan kalimat-kalimat
penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu dapat berupa perincian-perincian,
analisis dan deskripsi, contoh-contoh, dan sejumlah pemaparan serta
argumentasi.
3.
Kalimat utama di dalam paragraf
Kalimat utama juga
memungkinkan terdapat di dalam paragraf. Jadi kalimat utama itu tidak terdapat
di awal paragraf atau di akhir paragraf tetapi terletak di tengah paragraf.
Memang agak sulit membayangkan paragraf dengan ciri yang demikian itu. Akan
tetapi, dalam kenyataannya paragraf dengan model yang demikian itu memang dapat
ditemukan di dalam bahasa Indonesia. Paragraf jenis ini juga disebut sebagai
paragraf ineratif.
4.
Kalimat utama di awal dan di akhir
paragraf
Kalimat utama yang
dimaksud di sini merupakan bentuk pengulangan kalimat utama dari yang pertama
dalam sebuah paragraf. Bilamana dikaitkan dengan alur pikir, paragraf yang
kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut sebagai deduktif, kalimat
utama yang terletak di akhir paragraf disebut sebagai induktif, dan paragraf
yang kalimat utamanya di awal dan di akhir paragraf disebut sebagai paragraf yang
beralur pikir abduktif.
Dalam penulisan paragraf karya tulis
ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas
dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan
kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. Dalam sebuah paragraf
kalimat penjelas di bagi dua yakni kalimat penjelas mayor dan kalimat penjelas
minor.[14]
1. Kalimat
penjelas mayor
Kalimat penjelas mayor
(major support sentences) adalah
kalimat penjelas yang utama. Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan
secara langsung ide pokok dan kalimat utama
yang terdapat di dalam paragraf itu.
2. Kalimat
penjelas minor
Dikatakan kalimat
penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung menjelaskan
ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat yang menjelaskan
kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung.
Selain kalimat utama dan kalimat
penjelas dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga terdapat kalimat
penegas. Kehadiran kalimat penegas di adalah sebuah paragraf bersifat tentarif,
bersifat mana suka. Bilamana dirasa perlu dihadirkan, maka silakan saja
dihadirkan di dalam paragraf anda tersebut. Maka, dalam konteks pemakaian
paragraf yang demikian, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam paragraf,
menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis.[15]
4. Penyusunan
Alinea
Alinea pada hakikatnya adalah kesatuan
pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas ketimbang kalimat. Alinea merupakan
himpunan kalimat yang bertalian secara utuh atau koherens dan kohesi dalam
rangka membentuk ide atau gagasan. Dari sudut bentuknya, alinea terdiri atas
alinea menjorok, yakni alinea yang awal kalimatnya disusun secara menjorok ke
dalam, dan alinea merenggang, yaitu alinea yang awal kalimatnya disusun merata
dengan batas tepi kiri tulisan. Ada pula alinea yang bentuknya merupakan
variasi dari kedua bentuk yang telah disebutkan ini.
Apapun bentuk alinea yang dipilih,
sebuah alinea harus mengandung satu gagasan utama atau topik pikiran yang
wujudnya berupa kalimat topik. Selain berfungsi sebagai pengendali isi alinea,
gagasan utama akan menentukan kalimat mana yang dapat dikelompokkan ke dalam
suatu alinea, dan sekaligus akan menentukan informasi mana yang tidak dapat di masukan
ke dalam alinea tersebut.[16]
Struktur sebuah alinea lazimnya terbagi
atas (1) alinea pembuka, (2) alinea tubuh, (3) alinea penutup. Pertama, alinea pembuka adalah alinea
yang diletakkan pada awal tulisan. Di dalam artikel ilmiah untuk jurnal,
misalnya alinea pembuka berposisi sebagai alinea awal bagian pendahuluan
(setelah abstrak dan nama diri penulis). Di dalam laporan penelitian, skripsi
atau tesis, alinea pembuka berada di bagian awal tiap-tiap bab. Sementara itu, alinea
pembuka di dunia jurnalistik, yang lebih dikenal dengan sebutan teras, lead, atau intro, terletak di bawah
judul berita utama media massa cetak dan pada umumnya dicetak tebal atau
kursif.[17]
Kedua,
alinea tubuh, setelah berhasil menyusun alinea pembuka tugas kita berikutnya
adalah menguraikan gagasan utama yang terdapat di dalam alinea pembuka tersebut
ke dalam alinea-alinea berikutnya (alinea tubuh). Oleh karena itu, agar tidak
membosankan atau membingungkan pembaca, susunlah alinea tubuh dalam kalimat yang
pendek tanpa mengabaikan syarat pembentukan alinea yang baik.[18]
Ketiga,
alinea penutup, di dalam karya tulis ilmiah alinea penutup terletak pada alinea
akhir bagian simpulan. Fungsi utamanya memang menyimpulkan tulisan kita, namun
upayakanlah membangun alinea penutup sedemikian rupa agar mengesankan pembaca.
Upaya itu, misalnya jangan berpanjang-lebar dan perhatikan pula perbandingan
yang proposional antara alinea pembuka, alinea tubuh, dan alinea penutup.
Patut pula dikemukakan, simpulan pada dasarnya adalah
“laporan” mengenai apa saja yang telah kita temukan dalam penelitian kita dan
bukan “ringkasan” mengenai karya tulis ilmiah kita.[19]
IV.
KESIMPULAN
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan
ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang
kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga
diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam
ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.
Fungsi dan kedudukan bahasa
karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya
tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa komunikasi.
Penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting
dalam bahasa karena merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata,
tidak mungkin ada bahasa. Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam
sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat, apabila tidak memiliki
kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan
frasa, kumpulan kata. Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki
kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu
memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama
yang terdapat dalam paragraf tersebut. sebuah alinea harus mengandung satu
gagasan utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah bahasa karya tulis ilmiah yang dapat penulis
sampaikan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
[1] Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 121
[2] Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 123
[4] Dr. Alek dan
Prof. Dr. H. Achmad H.P., Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Prenada Media Group, 2011, hlm.
171
[5] Setiawan Djuharie, Suherli, Panduan menulis
Karya Tulis Ilmiayah, Bandung: Yrama Widya, 2001, hlm. 30-31
[6]
Kunjana
Rahardi,Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, Yogyakarta: Penerbit
Erlangga, 2009, hlm.12
[7]
Zaenal Arifin,
Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Presindo,
2003, hlm. 32
[8]
Zaenal Arifin,
Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Presindo,
2003, hlm. 58
[9]
Dra. Hj. Endang
Rumaningsih, M.Hum., Cermat dan Terampil Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL,
2013, hlm. 170-171
[10]
Dra. Hj. Endang
Rumaningsih, M.Hum., Cermat dan Terampil
Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL, 2013, hlm.153
[11]
Kunjana
Rahardi,Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, Yogyakarta:
Penerbit Erlangga, 2009, hlm.129
[12]Kunjana
Rahardi, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Erlangga,2009, hlm 101-103
[13] Kunjana
Rahardi, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Erlangga,2009,
hlm 10105-108
[14]Kunjana
Rahardi, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Erlangga,2009, hlm 110-111
[16]Wahyu Wibowo, Tata
Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, hlm
122-123
[17]Wahyu Wibowo, Tata
Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, hlm
130-131
[18]Wahyu Wibowo, Tata
Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, hlm 135
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Prenada Media
Group, 2011.
Endang Rumaningsih, M.Hum., Cermat dan
Terampil Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL, 2013.
Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa
Indonesia untuk Karang-Mengarang, Yogyakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Setiawan Djuharie, Suherli, Panduan menulis
Karya Tulis Ilmiayah, Bandung: Yrama Widya, 2001.
Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Wahyu Wibowo, Tata Permainan Bahasa Karya
Tulis Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Zaenal Arifin, Cermat Berbahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Presindo, 2003.
https://prezi.com/5ftz8vjgwech/ragam-bahasa-ilmiah/
pukul 14.07 tanggal 31 Desember 2014.