RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah : SD Islam
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V / I (satu)
Waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V / I (satu)
Waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)
Hari
/ tanggal : Jum’at
/ 18 September 2015
A. Standar
Kompetensi
1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat
secara lisan
B. Kompetensi
Dasar
1.2 Mengidentifikasi unsur
cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
C. Indikator
1.2.1 Menyebutkan unsur-unsur
dalam cerita rakyat
1.2.2 Mengidentifikasi setiap
unsur dalam cerita rakyat
1.2.3 Menuliskan kembali cerita
rakyat yang telah didengar
D. Tujuan
Pembelajaran
1.
Melalui penjelasan guru, siswa mampu menyebutkan
unsur-unsur dalam cerita rakyat dengan jelas.
2.
Melalui video pembelajaran, siswa mampu
mengidentifikasi setiap unsur dalam cerita rakyat dengan baik.
3.
Melalui kegiatan
penugasan, siswa dapat menuliskan kembali isi cerita
rakyat yang telah didengar dengan bahasa sendiri.
E. Materi
Ajar
-
Unsur-Unsur dalam Cerita Rakyat
F. Metode
Pembelajaran
-
Ceramah
-
Tanya jawab
-
Small group discussion
-
Resitasi
G. Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
·
Guru
mengucapkan salam dan menyapa siswa.
·
Guru
melakukan apersepsi dengan menanyai siswa seperti “siapa yang pernah pergi ke
Yogjakarta? Apa yang kalian lakukan disana? Taukah kalian tentang Nyi Roro
Kidul?”
·
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran.
|
5 menit
|
Kegiatan
Inti
|
Eksplorasi
·
Guru menjelaskan
materi tentang “cerita rakyat”.
·
Siswa
dipancing untuk menyebutkan unsur-unsur cerita rakyat.
·
Guru menuliskan
jawaban di papan tulis.
·
Guru
meluruskan jawaban siswa dan menambahkan keterangan.
·
Siswa diminta
untuk menulis.
Elaborasi
·
Guru mengajak
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan diskusi.
·
Siswa dibagi
menjadi 4 kelompok
·
Untuk
menentukan kelompok, guru memberi undian acak kepada siswa.
·
Guru memita
siswa membentuk kelompok sesuai angka yang didapatkan.
·
Setiap
kelompok diberi tugas yang sama untuk menganalisis unsur-unsur dalam cerita
rakyat.
·
Guru membacakan
cerita “Timun Mas”
·
Setelah guru
selesai membacakan cerita, siswa diberi waktu untuk mengerjakan tugas
kelompok.
·
Guru meminta
jawaban untuk dikumpulkan.
Konfirmasi
·
Siswa bersama
guru mengoreksi jawaban dengan mengidentifikasi kembali unsur-unsur cerita
rakyat.
·
Siswa dipancing
untuk menjawab pertanyaan.
·
Siswa diminta
untuk maju ke depan menuliskan jawaban di papan tulis.
·
Guru bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, memberi penguatan dan
penyimpulan terhadap hasil belajar.
|
60 menit
|
Penutup
|
·
Guru
memberikan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dillakukan.
·
Guru memberi
tugas untuk menuliskan kembali cerita yang telah didengar dengan menggunakan
bahasa sendiri dan mencari cerita rakyat lainnya kemudian mengidentifikasi
unsur-unsurnya.
·
Guru menutup pembelajaran dengan
mengajak siswa membaca hamdalah bersama-sama.
·
Guru
mengingatkan peserta didik untuk mengerjakan PRnya
·
Guru mengucapkan salam penutup.
|
5
Menit
|
H. Sumber dan Media Belajar
a.
Buku Bahasa Indonesia
BSE Kelas V SD karya Umri Nur’aini dan Idriyani, Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2008.
b.
Cerita rakyat “Timun Mas”
I.
Penilaian Hasil Belajar
Indikator pencapaian kompetensi
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
1.
Menyebutkan unsur-unsur dalam
cerita rakyat
|
Tes
lisan
|
No tes
|
1. Apa saja unsur-unsur dalam cerita rakyat?
|
2. Mengidentifikasi
setiap unsur dalam cerita rakyat
|
Tes
tulis
|
Tugas
kelompok
Tugas
individu
|
-
Perhatikan
video tentang cerita rakyat, kemudian identifikasi unsur-unsurnya bersama teman
sekelompokmu.
-
Carilah
teks cerita rakyat, kemudian identifikasi unsur-unsur didalamnya!
|
3. Menuliskan
kembali cerita rakyat yang telah dibacakan
|
Tes
tulis
|
Tugas
individu
|
-
Tulislah
kembali cerita rakyat yang telah kalian dengar dengan bahasa kalian sendiri!
|
PENILAIAN SIKAP
Teknik penskoran :
![]()
PENILAIAN KOGNITIF
UNSUR CERITA (KELOMPOK)
Rubrik penilaian
Nilai :
![]()
PENILAIAN KOGNITIF
UNSUR CERITA (PR)
Rubrik penilaian
Nilai :
![]()
Praktikan
Dina Fitriyani
NIM 123911042
|
Guru Kelas V
Hety farah R., S. Pd.
NIP. -
|
LAMPIRAN
MATERI CERITA RAKYAT
-
Cerita rakyat adalah
suatu cerita yang berkembang di masyarakat dan diwariskan secara turun temurun
melalui lisan. Cerita rakyat juga merupakan cerita yang dikaitkan dengan
keadaan atau bukti-bukti peninggalan. Cerita rakyat terbagi-bagi dalam beberapa
bentuk, di antaranya dongeng, mitos, fabel, dan legenda. Dalam cerita rakyat,
terdapat tokoh, watak tokoh, tempat terjadinya cerita, dan pesan yang
terkandung dalam cerita. Hal-hal tersebut merupakan unsur-unsur cerita.
-
Unsur-unsur tersebut
adalah sebagai berikut:
a)
Tokoh : pemegang peran
yang mengalami peristiwa dalam cerita
b)
Penokohan / watak tokoh
: kepribadian atausifat-sifat tokoh; setiap tokoh mempunyai watak yang
berbeda-beda.
c)
Latar : keterangan
mengenai tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita.
d) Amanat : berisi pesan / nilai-nilai luhur yang ingin
disampaikan pengarangmelalui cerita.
KUNCI JAWABAN:
Latar
Tempat:
– Di rumah
– Di bukit Gandul
– Di halaman Rumah
Waktu : Pagi hari, malam hari
Perwatakan
Mbok Rondo : Baik hati, Sabar, Suka menolong, penyayang
Timun Mas : cantik, baik hati, cerdas,
pemberani, tidak mudah putus asa
Raksaksa : Jahat dan Rakus
Pertapa : Suka menolong, Baik hati
Amanat
1. Setiap mengambil keputusan harus
dipikirkan dahulu dampak yang akan terjadi
2. setiap masalah pasti ada jalan keluarnya
3. setiap kesabaran pasti akan membuahkan
hasil yang baik.
4. Orang yang berniat jahat, pada akhirnya
akan celaka.
Cerita Timun Mas, Raksasa Jahat Menagih Janji
Dahulu kala di Jawa Tengah ada seorang Janda yang sudah tua. Mbok Rondo
namanya. Pekerjaannya hanya mencari kayu di hutan. Sudah lama sekali Mbok Rondo
ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya seorang janda miskin, lagi pula ia
sudah tua. Mana bisa ia mendapatkan anak.
Pada suatu hari, sehabis mengumpulkan kayu di hutan. Mbok Rondo duduk
beristirahat sambil mengeluh;
"Seandainya aku mempunyai seorang anak, beban hidupku agak ringan,
sebab ada yang membantuku bekerja."
Tiba-tiba bumi bergetar, seperti ada gempa bumi. Di depan Mbok Rondo muncul
raksasa bertubuh besar dan wajahnya menyeramkan. Mbok Rondo takut melihatnya.
"Hai, Mbok Rondo, kamu menginginkan anak, ya? Aku bisa mengabulkan
keinginanmu," kata raksasa itu dengan suara keras."
"Benarkah?" tanya Mbok Rondo. Rasa takutnya mulai menghilang.
"Benar....Tapi, ada syaratnya. Kalau anakmu sudah berumur enam belas
tahun, kau harus menyerahkannya kepadaku. Dia akan kujadikan santapanku,"
jawab raksasa itu.
Karena begitu inginnya dia punya anak, maka Mbok Rondo tidak berpikir
panjang lagi. Yang penting segera punya anak.
"Baiklah, aku tidak
keberatan," jawab Mbok Rondo.
Kemudian, raksasa itu memberi biji mentimun kepada Mbok Rondo. Mbok Rondo
segera pulang dan menanam benih itu di halaman belakang.
Setiap hari Mbok Rondo menyirami biji timun itu.
Ajaib!!
Dua minggu kemudian, tanaman itu sudah berbuah. Buahnya lebat sekali.
Diantara sekian banyak buah mentimun yang tumbuh, ada satu satu buah yang
sangat besar. Warnanya kekuningan. Kalau tertimpa sinar matahari, buah itu
berkilau seperti emas. Mbok Rondo sangat tertarik pada buah mentimun yang paling
besar itu, ia memetiknya dan membawa pulang buah yang paling besar itu.
Sampai di rumahnya, Mbok Rondo mengambil pisau dan membelah buah itu. Lalu,
ia membukanya dengan hati-hati. Ajaib!
Ternyata ada seorang bayi perempuan yang cantik!
"Ah, ternyata raksasa itu tidak berbohong!" gumam Mbok Rondo.
"Sekarang aku punya anak perempuan.
"Aduh senangnya hatiku."
Mbok Rondo sangat gembira. Ia menamakan bayi mungil itu Timun Emas dan
dipanggil "Timun Mas"
Hari, bulan, dan tahun pun berganti. Timun Mas tumbuh mejadi seorang gadis
jelita. Mbok Rondo sangat menyayangi Timun Emas.
Pagi itu sangat cerah. Mbok Rondo dan Timun Mas bersiap pergi ke hutan
untuk mencari kayu.
Tiba-tiba, Bum...Bum, bum ... Bumi bergetar. Lalu disusul suara tawa
menggelegar.
"Hai, Mbok Rondo, keluarlah! Aku datang untuk menagih janji,"
kata raksasa itu.
Gemetar seluruh tubuh Mbok Rondo, cepat-cepat ia memeluk Timun Mas lalu
membisikinya agar gadis itu sembunyi di kolong tempat tidur. Lalu Mbok Rondo
keluar menemui raksasa itu.
"Aku tahu, kedatanganmu kemari untuk mengambil Timun Mas. Berilah aku
waktu dua tahun lagi. Kalau Timun Mas aku berikan sekarang, tentu kurang lezat
untuk disantap. Tubuhnya masih kecil."
"Benar juga, baiklah, dua tahun lagi aku akan datang. Kalau bohong,
kamu akan kutelan mentah-mentah," ancam raksasa itu.
Sambil tertawa, raksasa itu pergi meninggalkan rumah Mbok Rondo. Mbok Rondo
menghela nafas lega. Kemudian, ia masuk ke rumah menghampiri anaknya yang masih
bersembunyi di kolong tempat tidur.
"Anakku, Keluarlah. Raksasa itu sudah pergi," kata Mbok Rondo.
Dua tahun kemudian, Timun Mas sudah dewasa. Wajahnya semakin cantik.
Kulitnya kuning langsat. Tapi, Mbok Rondo cemas jika teringat akan janjinya
kepada si raksasa.
Pada suatu malam, ketika Mbok Rondo sedang tidur, ia mendengar suara gaib
dalam mimpinya.
"Hai, Mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan
kepada seorang pertapa di bukit Gandul."
Esok harinya, Mbok Rondo pergi ke Bukit Gandul. Di sana, ia bertemu dengan
seorang pertapa. Pertapa itu memberikan empat bungkusan kecil yang isinya biji
timun, jarum, garam, dan terasi.
Mbok Rondo menerimanya dengan rasa heran. Sang pertapa menerangkan khasiat
benda-benda itu.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan perihal pemberian pertapa itu kepada Timun
Mas.
"Anakku, mulai saat ini kamu tidak perlu cemas. Kamu tidak perlu takut
kepada raksasa itu, sebab kamu sudah memiliki penangkalnya. Berdoalah selalu
supaya Tuhan menyelamatkanmu," kata Mbok Rondo.
"Terima kasih Mbok...!"
Demikianlah haripun berganti hari. Hingga pada suatu ketika Mbok Rondo
sedang menjahit baju untuk Timun Mas, tiba-tiba bumi berguncang pertanda
raksasa datang.
timun mas
"Hem, raksasa itu datang lagi rupanya." gumam Mbok Rondo.
Benar saja, tak lama kemudian raksasa itu sudah berada di ambang pintu.
"Ho... ho... ho... Mana Timun Mas! Ayo, cepat serahkan dia padaku. Aku
sudah sangat lapar!" kata raksasa dengan suara menggelegar.
Mbok Rondo keluar dengan tubuh gemetar.
"Baiklah. Akan kubawa dia keluar," kata Mbok Rondo.
Ia segera masuk ke rumah. Diambilnya bungkusan pemberian sang pertapa,
kemudian diberikan kepada Timun Mas.
"Anakku, bawalah bekal ini. Pergilah lewat pintu belakang sebelum
raksasa itu menangkapmu."
"Baiklah, Mbok," Timun Mas segera berlari lewat pintu belakang.
"Ingat anakku, jangan sampai lupa pesan pertapa. Kau masih ingat
bukan?"
"Ingat Mbok!"
"Baik, sekarang cepat larilah!"
Tidak berapa lama kemudian, raksasa sudah memanggil Mbok Rondo.
"Mbok Rondo, mana Timun Mas?!" suara raksasa itu terdengar tidak
sabar.
"Maafkan aku, Raksasa..!"
Apa? Ada apa?"
"Timun Mas ternyat sudah pergi."
"Apa kau bilang?" geram raksasa itu.
"Maafkan aku....!"
"Kurang ajar, mengapa kau tidak bilang sejak tadi?"
Dengan marah raksasa itu segera mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Lamat-lamat dari kejauhan ia melihat seorang gadis sedang berlari cepat di
padang rumput.
"Hehehe...mau lari kemana kau gadis kecil?"
Dengan modal tubuhnya yang besar dan kesaktiannya, raksasa itu segera
melangkahkan kakinya. Ia tidak perlu berlari kencang. Namun langkah-langkahnya
yang lebar bagaikan gerak kaki kuda yang berlari cepat. Timun Mas yang berada
di kejauhan dalam tempo singkat sudah hampir disusulnya.
"Walau lari ke ujung dunia, aku pasti dapat mengejarmu!" teriak
si raksasa.
Karena terus menerus berlari, Timun Mas mulai kelelahan. Dalam keadaan
terdesak, Timun Mas teringat akan bungkusan pemberian sang pertapa.
Ia mengambil segenggam biji timun dalam bungkusan. Cepat ia taburkan biji
mentimun di sekitarnya. Sungguh ajaib. Mentimun itu langsung tumbuh dengan
lebat. Buahnya besar-besar. Raksasa itu berhenti ketika melihat buah mentimun
terhampar di hadapannya.
"Ha... ha... ha... buah mentimun ini akan dapat menambah
tenagaku," kata raksasa.
Sejenak ia menatap Timun Mas yang terus berlari kencang menjauhinya.
Hehehe... tidak mengapa bocah manis, larilah sekuat tenagamu. Toh nanti aku
akan dapat menyusulmu."
Lalu ia mencabuti timun-timun itu sekalian dengan daunnya yang masih muda.
Dengan rakus ia segera melahap buah yang ada, sampai tak satu pun tersisa.
Setelah kenyang, raksasa itu sejenak beristirahat. Ia tidak begitu kuatir
melihat Timun Mas berlari cepat. Secepat-cepatnya gadis itu berlari, toh, ia
akan dengan mudah bisa menyusulnya.
Hehehe....! Sekarang tenagaku bertambah kuat ! Aku pasti dapat menangkap
gadis kecil itu!"
Benar saja, setelah cukup beristirahat, ia kembali mengejar Timun Mas.
Hanya dalam beberapa gerakan kaki saja, ia sudah dapat menyusul Timun Mas.
Timun Mas ketakutan, lalu ia mengambil jarum dari kayu bambu yang dipotong
kecil-kecil.
Di saat yang kritis. Timun Mas menaburkan jarum ke tanah. Sungguh ajaib!
Jarum-jarum itu berubah menjadi hutan bambu yang lebat.
Raksasa itu berusaha menembusnya. Namun tubuh dan kakinya terasa sakit
karena tergores dan tertusuk bambu yang patah.
Ia pantang menyerah. Dan berhasil melewati hutan bambu itu. Ia terus
mengejar Timun Mas.
"Hai, Timun Mas, jangan harap kamu bisa lolos!" seru si raksasa
sambil membungkuk untuk menangkap Timun Mas.
Dengan sigap. Timun Mas melompat ke samping dan berkelit menghindar.
"Oh, hampir saja aku tertangkap," Timun Emas terengah-engah.
Keringat mulai membasahi tubuhnya. Ia ingat pada bungkusan pemberian
pertapa yang tinggal dua itu. Isinya garam dan terasi.
Ia segera membuka tali pengikat bungkusan garam. Garam itu ditaburkan ke
arah si raksasa. Seketika butiran garam itu berubah menjadi lautan.
Raksasa itu sangat terkejut, karena tiba-tiba tubuhnya tercebur ke dalam
laut. Tapi, berkat kesaktiannya, ia berhasil berenang ke tepi. Ia kembali
mengejar Timun Mas.
Merasa dipermainkan, kemarahan raksasa itu semakin memuncak. "Bocah
kurang ajar! Kalau tertangkap, akan kutelan kau bulat-bulat!"
Timun Mas semakin khawatir karena raksasa itu berhasil melewati lautan yang
sangat luas itu. Akan tetapi, ia tidak putus asa. Ia terus berlari meskipun
sudah kelelahan. Raksasa itu terus mengejar.
Timun Mas melemparkan isi bungkusan yang terakhir. Terasi itu langsung
dilemparkan ke arah si raksasa. Tiba-tiba saja terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih.
Raksasa itu terkejut sekali. Dalam sekejab, Tubuhnya ditelan lautan lumpur.
Dengan segala upaya, ia berusaha menyelamatkan diri. Ia meronta-ronta. Tapi,
usahanya sia-sia. Tubuhnya pelan-pelan tenggelam ke dasar.
Timun Mas, tolonglah aku!" Aku berjanji tidak akan memakanmu,"
raksasa itu meminta belas kasihan.
Tapi lumpur panas itu menelan tubuh si raksasa. Matilah si raksasa di dasar
danau. Kini Timun Mas bisa bernafas legas karena selamat dari bahaya maut.
Ia segera berjalan ke arah rumahnya. Di kejauhan nampak Mbok Rondo berlari
ke arah Timun Mas, kiranya wanita itu mengkhawatirkan keselamatn anaknya.
"Syukurlah anakku, ternyata Tuhan masih melindungimu." kata Mbok
Rondo setelah keduanya saling mendekat.
Mereka berpelukan dengan rasa haru dan
bahagia.